Selama satu tahun terakhir gue lagi suka-sukanya sama Converse All-Star Chuck Taylor warna merah yang sekarang lagi langka banget di Jakarta dan sekitarnya. Kenapa gue bilang langka? Karena awal bulan ini gue udah mengelilingi lebih dari 5 mall dan 5 toko sepatu di Jakarta (termasuk store official Converse) buat nyari sepatu yang gambarnya ada di bawah ini:
Nomor 40-nya bener-bener susah banget dicari deh!
"Kenapa nggak beli online aja sih?"
Hehe... Soalnya kemaren gue dapet voucher dari KASKUS dan kalau online nggak bisa dipake. Harus ke toko. Hihihi... Tapi Alhamdulillah sekarang sudah dapet! Cerita soal ini panjang lebar bisa dibaca di-blog gue yang ada di bio ID KASKUS ya hihihi (promo).
Bicara soal Converse, ada alasan kenapa gue suka banget sama sepatu ini. Selain modelnya klasik dan timeless, gue semacem punya hubungan spesial sama sepatu ini. Bisa dibilang waktu dulu belum punya uang banyak untuk beli sepatu yang lumayan pricey ini, setiap kali ngelewatin toko sepatu mata gue selalu tertuju ke Converse All-Star Chuck Taylor warna merah.
Walaupun kata Abbe sepatu ini kelihatan seperti cabe, tapi bodo amat, udah lama pengin dan sekarang kesampaian. Buat gue, memilih sepatu itu sama kayak memilih pasangan hidup. Masalah kecocokan. Mungkin gue cocoknya sama Converse.
(Kemudian menikah dengan sepatu)
Pagi ini gue baca di salah satu portal berita kalau katanya Converse All-Star Chuck Taylor mau dibuat versi anti-air dengan teknologi lapisan GORE-TEX di bodi berbahan kanvasnya. Wah, terobosan banget sih karena selama ini kalau pakai sepatu kanvas kan memang musuhan banget sama jalanan becek. Tapi pas baca sampai habis artikelnya, ternyata hanya dirilis di Jepang. Kesel.
Tapi karena baca artikel itu juga gue baru tahu kalau ternyata sepatu yang gue favoritkan ini sudah berusia 110 tahun di 2018 ini. Wow! Buat yang belum tahu, perusahaan sepatu Converse yang sekarang mungkin juga sedang kalian pakai ketika membaca Thread ini di TransJakarta, Commuter Line atau di atas Grab/Go-Car, didirikan di Malden, Massachusetts, Amerika Serikat. Pendirinya bernama Marquis Mills Converse yang memberi nama perusahaannya Converse Rubber Shoe Company.
Karena satu fakta itu akhirnya kepo juga sama beberapa fakta Converse lainnya. Yang gue sih yakin, banyak dari lo juga belum pada tahu!
1. All-Star dulu bernama Non-Skid
Sepatu berlogo satu bintang alias All-Star yang ada di sepatu merah dalam foto di atas adalah desain klasik dari Converse. Dulu sepatu ini dipasarkan dengan nama 'Converse Non-Skid. Sepatu ini awalnya ditujukan buat para pemain basket dan dibuat dari bahas sol karet dan bodi kanvas pada tahun 1917. Nah barulah tahun 1923, Converse mensponsori sebuah tim basket The Converse All Stars dengan bintang andalannya Charles "Chuck" Taylor. Dari situlah ide untuk mengubah nama Non-Skid menjadi Converse All-Star Chuck Taylor.
Foto Chuck Taylor, Inspirasi legenda Converse.
2. Converse sekarang punya Nike
Converse sempat mengalami kejatuhan dan punya banyak utang. Selama 50 tahun mereka sangat populer di Amerika Serikat. Tapi kan yang namanya bisnis pasti ada naik ada turun. Di tahun 1970an, Converse mulai kehilangan sinarnya karena semakin banyak kompetitor dan terlilit banyak pinjaman uang dari sana-sini. Perusahaan ini kemudian diselamatkan oleh Nike tahun 2003 dengan membelinya seharga USD 305 jutaan. Dibelinya Converse oleh Nike ditandai dengan pemindahan pabrik sepatu ini dari Amerika ke negara-negara seperti China, India, Vietnam dan Indonesia.
3. Desain All-Stars tidak pernah berubah sejak 1917
Converse punya desain klasik yang dipertahankan sejak 101 tahun lalu. Tentu ada alasan di balik itu: punya banyak fans. Desain All-Stars sejak pertama kali diluncurkan tidak pernah diutak-atik karena ternyata pemasukan terbesar buat perusahaan ini adalah sepatu model All-Stars. Pernah di sekitar tahun 1990-an mereka mengeluarkan desain baru dari All-Stars, eh malah dikecam oleh fans berat All-Stars klasik.
4. Converse tidak pernah menciptakan sepatu untuk jadi ikon anak Punk
Sneakers Converse belel katanya punya tingkat kekerenan yang hqq apalagi buat anak-anak punk. Tapi sebenarnya Converse sendiri nggak pernah menyasar para penganut punk untuk sepatu mereka. Converse sejatinya adalah perusahaan sepatu untuk olahraga. Sampai tahun 2012, perusahaan ini masih menyebut diri mereka sebagai produsen sepatu basket.
5. Menaruh perhatian pada band-band indie
Converse melihat anak muda pecinta seni sebagai individu-individu yang memiliki talenta dan menghargai mereka lebih dari apapun. Makanya di tahun 2011 Converse meluncurkan Rubber Track, sebuah studio rekaman yang bertempat di Brooklyn, New York. Studio ini sebagai salah satu strategi Converse untuk masuk ke industri musik. Kerennya, Rubber Track bisa digunakan oleh band manapun yang ingin rekaman tanpa dipungut biaya apapun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar